Selasa, 19 Mei 2015
Sanitasi Lingkungan
Definisi Sanitasi Lingkungan
Sanitasi
lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya
(Notoadmojo, 2003).
Rumah
Rumah
adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau
tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Pada
zaman purba manusia bertempat tinggal digua-gua, kemudian berkembang,
dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon.
Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat
tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.sejak
zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya, dengan ide
mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan
masyarakat setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada
setempat (lokal material) pula. Setelah manusia memasuki abad modern ini
meskipun rumah mereka dibangun dengan bukan bahan-bahan setempat tetapi
kadang-kadang desainya masih mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya
(Notoadmojo, 2003).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah :
1. Faktor
lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.
Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah
itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di
kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan
dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan
sebagainya. Rumah didaerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan
kondisi sosial budaya pedesaaan, misalnya bahanya, bentuknya,
menghadapnya, danlain sebagainya. Rumah didaerah gempa harus dibuat
dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah didekat hutan
harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap serangan-serangan
binatang buas.
2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal
ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan
penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu,
kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok
pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan
sekadar berdiripada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan
seterusnya (Notoadmojo, 2003).
Syarat-syarat rumah yang sehat :
1. Bahan bangunan
a. lantai
: Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi
pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu
di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah
pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting
disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim
hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat
ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang
berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.
b. Dinding
: Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya kurang
cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup.
Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding
atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada
dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat
menambah penerangan alamiah.
c. Atap
Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan
maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga
dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu
untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat
dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.
d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Katu
untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut
pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa
lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari
ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang
pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup
dengan kayu.
2. Ventilasi
Ventilasi
rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah yang berarti kadar CO2
yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.disamping itu
tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam
ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk
bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit.)
Funsi
kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan-ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu
terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara
akan selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar ruangan
selalu tetap didalam kelembaban (humuduty) yang optium.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
a) Fungsi
kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi
aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga
lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk
melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
b) Ventilasi
buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan
udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Tetapi
jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu
diperhatika disinni bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar
udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di
dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
3. Cahaya
Rumah
yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu
banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama
cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau
tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,
dam akhirnya dapat merusakan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
a) Cahaya
alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting, karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya baksil
TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk
cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya
sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat didalam
ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan
agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak
terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi
penempatan jendela pun harus diperhatikan dan dusahakan agar sinar
matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya
jendela itu harus di tengah-tenan tinggi dinding (tembok).
Jaln
masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan geneng kaca. Genteng kaca
pun dapat dibuat secra sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa
waktu pembuatanya kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
4. Luas bangunan rumah
Luas
lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah
penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsi O2
juga bila salah satu anggota keluarga terkene penyakit infeksi, akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang
optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).
5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan Tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).
Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:
a) Gudang,
tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian dari
rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.
b) Kandang
ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan bagian hidup dari
petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal
ini tidak sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit
pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah
tinggal, atau dibikinkan kandang sendiri (Notoadmojo, 2003).
Sistem Pembuangan
Air
limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain
mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan
industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan
yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).
Dari
batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang
tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun
kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun
merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari
air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut
dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air
limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan
oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau
diolah secara baik.
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air
limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian
dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organic.
2. Air buangan industri (industrial wastes water),
yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi.
Zat-zat yang tergantung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan
bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain :
nitrogen, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu
pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi
lingkungan memnjadi rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water),
yaitu air buangan yang berasal dari daerah : perkantoran, perdagangan,
hotel, restoran, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya
zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air
limbah rumah tangga.
Karakteristik
air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara
garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi sebagai
berikut:
1. Karakteristik fisik
Sebagian
besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna
suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung
sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian
tinja, dan sebagainya.
2. Karakter kimiawi
Biasanya
air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang
berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari
penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainya. Oleh sebab itu, pada
umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cenderung ke asam
apabila sudah memulai membusuk. Substansi organic dalam air buangan
terdiri dari dua gabungan, yakni :
a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amine, dan asam amino.
b. Gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan karbuhidrat, termasuk selulosa.
3. Karakteristik bakteriologis
Kandungan
bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air
limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan
dalam proses pengolahan air buangan.
Sesuai
dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah ini, maka air limbah
yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :
a. menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama: kholera, typhus abdominalis, desentri baciler.
b. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme pathogen.
c. Menjadi temoat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.
d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainya.
f. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman, dan sebagainya.
Pegolahan
air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap
pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan
mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul
karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut
mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air
limbah perlu dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut :
1. Pengeceran (dilution)
Air
limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin
bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia,
maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperluka
air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain,
diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap
ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap
badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.
Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.
2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae),
bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah
dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2
meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun.
Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah yang
terbuka, sehingga memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
3. Irigasi
Air
limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut.
Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan
ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk
pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, damn lain-lainya
dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang
diperlukan oleh tanam-tanaman.
Sanitasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).
Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.[1] Sementara beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian lingkungan. [2] [3]
Daftar isi
Sanitasi dan air
Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan [4]:- Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.[4]
- Penggunaan air. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.[4]
- Biaya dan pemulihan biaya.[4]
- a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter.[4]
- b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.[4]
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Uraian singkat
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah satu Program Nasional di bidang sanitasi yang bersifat lintas sektoral. Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI. STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output-nya adalah sebagai berikut [5]:
- Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
- Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.
- Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
- Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
- Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.[5]
Sejarah
STBM mulai diuji coba tahun 2005 di 6 kabupaten (Sumbawa, Lumajang, Bogor, Muara Enim, Muaro Jambi, dan Sambas). Sejak tahun 2006 Program STBM sudah diadopsi dan diimplementasikan di 10.000 desa pada 228 kabupaten/ kota. Saat ini, sejumlah daerah telah menyusun rencana strategis pencapaian sanitasi total dalam pembangunan sanitasinya masing-masing. Dalam 5 tahun ke depan (2010 – 2014) STBM diharapkan telah diimplementasikan di 20.000 desa di seluruh kabupaten/ kota.[5]Latar belakang
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.[5]Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah
- (i) setelah buang air besar 12%,
- (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%,
- (iii) sebelum makan 14%,
- (iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan
- (v) sebelum menyiapkan makanan 6 %.
Catatan kaki
- ^ SK Menkes 965/MENKES/SK/XI/1992. Definisi Sanitasi.
- ^ Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Muara Enim tentang Restribusi Pengawasan Hygiene dan Sanitasi Tempat-Tempat Umum, Tempat Pengolahan Makanan/ Minuman dan Induestri dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Muara Enim.
- ^ A.L. Rante Tampang, Drs, FMIPA - UNCEN Pengaruh Penyakit Cacing pada Murid Kelas III SD Gembala Baik Abepura Terhadap Hasil Belajar
- ^ a b c d e f Middleton, Richard. Makalah hijau: Air bersih, Sumber daya yang rawan
- ^ a b c d Sekilas Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
- Poor Sanitation Threatens Public Health. US Fed News Service, Including US State News. 2008.
- Bartram, Jamie (2010). How Health Professionals can Leverage Health Gains from Improved Water, Sanitation and Hygiene Practices. Perspectives in Public Health. hlm. 215–221.
Lihat pula
Pranala luar
Lihat informasi mengenai sanitation di Wiktionary. |
- IRC /en/ World Health Organization overview on sanitation
- Sanitation, Hygiene and Wastewater Resource Guide (World Bank)
Artikel bertopik lingkungan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sanitasi |
Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM)
Latar Belakang
Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat
(SPBM) merupakan salah satu komponen Program Urban Sanitation and Rural
Infrastructure (USRI) yang diselenggarakan sebagai program pendukung
PNPM-Mandiri. Program ini bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok
untuk turut berpartisipasi memecahkan berbagai permasalahan yang terkait
pada upaya peningkatan kualitas kehidupan, kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat.
Mekanisme penyelenggaraan Program Perkotaan
Berbasis Masyarakat (SPBM) menerapkan pendekatan pembangunan
berkelanjutan berbasis masyarakat melalui pelibatan masyarakat secara
utuh dalam seluruh tahapan kegiatan, mulai dari pengorganisasian
masyarakat, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan program sampai dengan
upaya keberlanjutan, khususnya dalam hal peningkatan kualitas prasarana
dan sarana sanitasi berbasis masyarakat dalam rangka mendukung upaya
pencapaian target MDG pada 2015, yaitu menurunkan sebesar separuh dari
proporsi penduduk yang belum memiliki akses sanitasi dasar serta
sasaran RPJMN 2010-2014 dalam bidang sanitasi yaitu stop Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) dan peningkatan layanan pengelolaan air limbah.
Program SPBM ini dilaksanakan secara bertahap di
1350 kelurahan yang berada di 34 kabupaten/kota di 5 provinsi terpilih
yang sebelumnya menjadi lokasi pelaksanaan program PNPM Mandiri
Perkotaan (P2KP), lokasi kelurahan tersebut telah menerima dana BLM
sebanyak 3 kali siklus. Hal ini merupakan perwujudan dari sinergi
diantara program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pada
pelaksanaan nantinya program ini akan menggunakan lembaga masyarakat
(BKM/LKM) yang sudah ada dan mempunyai rekam jejak dan kinerja yang baik
dalam mengelola program pemberdayaan masyarakat.
Melalui pelaksanaan Program SPBM ini masyarakat
akan merencanakan program, memilih jenis prasarana/sarana sanitasi
komunal yang sesuai dengan kebutuhan, menyusun rencana kerja, melakukan
pembangunan konstruksi serta mengelola dan melestarikan hasil
pembangunan.
Maksud
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat melalui penyediaan sarana sanitasi komunal
berbasis masyarakat khususnya bagi kaum perempuan, kelompok
rentan/marjinal dan penduduk miskin.
Tujuan
Tujuan Program SPBM adalah:
- Meningkatnya kesadaran sanitasi dan promosi praktik hidup bersih dan sehat masyarakat.
- Meningkatnya kapasitas masyarakat dan lembaga masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan layanan sanitasi yang berkelanjutan.
- Tersedianya sistem sanitasi komunal yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
Sasaran
Sasaran Program SPBM adalah:
- Meningkatnya kesadaran sanitasi dan promosi praktik hidup bersih dan sehat melalui kegiatan kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);
- Tersedianya sarana dan prasarana penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi komunal) yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan;
- Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam penyelenggaraan prasarana/sarana penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi komunal) secara partisipatif, transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan berkelanjutan;
- Tersusunnya Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community Sanitation Improvement Action Plan/CSIAP) yang responsif kepada upaya peningkatan kualitas sanitasi masyarakat;
- Meningkatnya kemampuan perangkat pemerintah daerah sebagai fasilitator pembangunan khususnya di sektor penyehatan lingkungan permukiman.
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Program SPBM adalah:
- Penyediaan prasarana/sarana sanitasi masyarakat meliputi: (i) fasilitas MCK komunal dan (ii) instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal;
- Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah dalam hal perencanaan dan pembangunan khususnya terkait dengan upaya penyehatan lingkungan permukiman berbasis masyarakat.
Kegiatan penyehatan lingkungan permukiman
melalui penyediaan sistem sanitasi komunal berbasis masyarakat
dilaksanakan secara terpadu, mengacu pada Rencana Program Investasi
Jangka Menengah (RIPJM), Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK), PJM
Pronangkis (Medium Term Poverty Reduction Plan/MTPRP) dan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community Sanitation Improvement Action Plan/CSIAP) yang telah disusun.
Prinsip dan Pendekatan
Prinsip
Prinsip dasar Program SPBM adalah:
- Tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak mengikuti program akan bersaing mendapatkan program dengan cara menunjukkan komitmen serta kesiapan untuk melaksanakan sistem sesuai dengan pilihannya.
- Pengambilan keputusan berada sepenuhnya ditangan masyarakat, peran pemerintah dan konsultan pendamping hanya sebatas sebagai fasilitator.
- Masyarakat menentukan, merencanakan, membangun dan mengelola sistem yang mereka pilih sendiri, dengan difasilitasi oleh konsultan pendamping yang mempunyai pengalaman dalam bidang teknologi pengolahan limbah dan pendampingan sosial.
- Pemerintah berperan memfasilitasi inisiatif kelompok masyarakat, bukan sebagai pengelola sarana.
Prinsip penyelenggaraan Program SPBM adalah:
- Dapat diterima; Pemilihan kegiatan dilakukan berdasarkan musyawarah kelurahan sehingga didukung dan diterima oleh masyarakat. Hal ini berlaku mulai dari saat pemilihan lokasi dan penentuan solusi teknis (jenis prasarana/sarana dan pilihan teknologi yang digunakan), penentuan mekanisme pelaksanaan kegiatan dan pengadaan, serta penetapan mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi masyarakat.
- Transparan; Penyelenggaraan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh semua unsur masyarakat dan perangkat pemerintah daerah sehingga memungkinkan terjadinya pengawasan dan evaluasi oleh semua pihak.
- Dapat dipertanggungjawabkan; Penyelenggaraan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh masyarakat.
- Berkelanjutan; Penyelenggaraan kegiatan harus dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan yang ditandai dengan adanya pemanfaatan, pemeliharaan dan pengelolaan sarana secara mandiri oleh masyarakat pengguna.
- Kerangka Jangka Menengah; Penyelenggaraan dilaksanakan pada kerangka jangka menengah sebagai dasar upaya peningkatan akses terhadap pelayanan prasarana dan sarana sanitasi bagi penduduk miskin, kaum perempuan dan kelompok rentan/ marjinal.
- Sederhana, Tata cara, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan kegiatan bersifat sederhana, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh seluruh stakeholder.
Pendekatan
Program SPBM merupakan program pembangunan prasarana dan sarana sanitasi, dengan pendekatan:
- Pemberdayaan Masyarakat, artinya seluruh proses implementasi kegiatan (tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan) melibatkan partisipasi aktif masyarakat berdasarkan kesamaan kepentingan dan kebutuhan;
- Keberpihakan kepada penduduk miskin, kaum perempuan dan kelompok rentan/marjinal, artinya orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil kegiatan ditujukan kepada kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin/masyarakat berpenghasilan rendah;
- Otonomi dan desentralisasi, artinya pemerintah daerah dan masyarakat bertanggungjawab penuh pada penyelenggaraan program dan keberlanjutan prasarana/sarana terbangun;
- Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan, dengan memberikan kesempatan secara luas partisipasi aktif dari perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin;
- Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan, melalui keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan serta pemeliharaan hasil kegiatan;
- Keterpaduan program pembangunan, artinya program yang dilaksanakan memiliki sinergi dengan program pembangunan yang lain.
- Penguatan Kapasitas Kelembagaan, artinya pelaksanaan kegiatan diupayakan dapat meningkatkan kapasitas pemerintah, lembaga masyarakat dan stakeholder lainnya dalam pelaksanaan pembangunan penyehatan lingkungan permukiman.
- Kesetaraan dan keadilan gender, artinya terdapat kesetaraan antara kaum pria dan dan perempuan dalam setiap tahap pembangunan dan dalam pemanfaatan hasil kegiatan pembangunan secara adil.
Struktur Organisasi Pelaksana Program SPBM
CPMU : Central Project Management Unit
PPIU : Provincial Project Implementation Unit
DPIU : District Project Implementation Unit
NPMC : National Project Management Consultant
RPMC : Regional Project Management Consultant
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
Sumber : http://ciptakarya.pu.go.id/spbm-usri/
KPP Desa Karanglo Maju Tingkat Nasional
KPP Desa Karanglo Maju Tingkat Nasional
Tomi Sujatmiko |
Minggu, 17 Mei 2015 | 09:28 WIB |
Dibaca: 294 |
Komentar: 0
KLATEN (KRjogja.com) -
Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) Berantas Desa Karanglo,
Kecamatan Klaten Selatan, Klaten mencatat prestasi dalam melaksanakan
program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) Urban Sanitation and
Rural Infrastructure (USRI). Atas keberhasilannya itu KPP Berantas masuk
nominasi kompetisi KPP Sanimas USRI tingkat nasional tahun 2015.
Kepala Desa Karanglo, Kabul Subaid, mengatakan, program Sanimas USRI yang dibangun di Dusun Ketinggen, Desa Karanglo berupa IPAL Komunal sejak 2013. Masyarakat mulai bisa memanfaatkan program yang dikelola KPP Berantas ini mulai awal 2014.
“Karena dinilai sukses dalam melaksanakan sekaligus memelihara program Sanimas USRI maka KPP Berantas Desa Karanglo masuk nominasi kompetisi KPP Sanimas USRI 2015 tingkat nasional. Kemarin tim juri sudah ke lokasi,” ujar Kabul, Minggu (17/05/2015).
Ketua KPP Berantas, Budi Winarno, menjelaskan sebelum ada IPAL Komunal, masyarakat Dusun Ketinggen, Desa Karanglo selalu mendapat persoalan terkait kebersihan lingkungan dan sampah. Namun dengan adanya IPAL Komunal itu, sekarang masyarakat bisa memanfaatkannya.
“Sekarang bisa dilihat di wilayah kami juga bersih. Bahkan di lokasi IPAL, bisa dimanfaatkan untuk lokasi permainan anak-anak dan ibu-ibu juga memanfaatkannya untuk senam,” ujar Budi. (*-7)
Sumber : http://krjogja.com/read/260592/kpp-desa-karanglo-maju-tingkat-nasional.kr
Kepala Desa Karanglo, Kabul Subaid, mengatakan, program Sanimas USRI yang dibangun di Dusun Ketinggen, Desa Karanglo berupa IPAL Komunal sejak 2013. Masyarakat mulai bisa memanfaatkan program yang dikelola KPP Berantas ini mulai awal 2014.
“Karena dinilai sukses dalam melaksanakan sekaligus memelihara program Sanimas USRI maka KPP Berantas Desa Karanglo masuk nominasi kompetisi KPP Sanimas USRI 2015 tingkat nasional. Kemarin tim juri sudah ke lokasi,” ujar Kabul, Minggu (17/05/2015).
Ketua KPP Berantas, Budi Winarno, menjelaskan sebelum ada IPAL Komunal, masyarakat Dusun Ketinggen, Desa Karanglo selalu mendapat persoalan terkait kebersihan lingkungan dan sampah. Namun dengan adanya IPAL Komunal itu, sekarang masyarakat bisa memanfaatkannya.
“Sekarang bisa dilihat di wilayah kami juga bersih. Bahkan di lokasi IPAL, bisa dimanfaatkan untuk lokasi permainan anak-anak dan ibu-ibu juga memanfaatkannya untuk senam,” ujar Budi. (*-7)
Sumber : http://krjogja.com/read/260592/kpp-desa-karanglo-maju-tingkat-nasional.kr
IPAL Karanglo Masuk Kompetisi KPP USRI Nasional
IPAL Karanglo Masuk Kompetisi KPP USRI Nasional
16 Mei 2015 12:45 WIB Category: Solo MetroDi desanya dibentuk Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) Berantas sebagai pengelola. Tim penilai sudah melihat langsung pemanfaatan sarana itu. Hasilnya, KPP Berantas berhasil lolos mewakili Provinsi Jawa Tengah. Menurut Budi Winarno Ketua KPP Berantas, sebelum ada IPAL komunal di Dusun Ketinggen, masyarakat selalu mendapat persoalan terkait kebersihan lingkungan dan sampah yang semakin banyak.
(Achmad Hussain/ CN40/ SM Network)
Sumber : http://berita.suaramerdeka.com/ipal-karanglo-masuk-kompetisi-kpp-usri-nasional/
IPAL Karanglo Masuk Kompetisi KPP USRI Nasional
IPAL Karanglo Masuk Kompetisi KPP USRI Nasional
TIM PENILAI: Tim penilai kompetisi KPP Sanimas USRI tingkat nasional
mengecek instalasi limbah di Desa Karanglo, Kecamatan Klaten
Selatan.(suaramerdeka.com/ Achmad Hussain)
KLATEN, suaramerdeka.com – Dusun Ketinggen, Desa
Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan masuk nominasi kompetisi Kelompok
Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) Sanitasi Masyarakat program Urban
Sanitation and Rural Infrastructure (USRI) tingkat nasional. Kabul
Subaid Kepala Desa Karanglo, mengungkapkan keberhasilan masuk nominasi
kompetisi karena dinilai sukses dalam melaksanakan program Sanimas USRI
sejak tahun 2013. “Program Sanimas USRI di Karanglo dilaksanakan dengan
pembangunan IPAL komunal ,” katanya, Sabtu (16/5).Di desanya dibentuk Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) Berantas sebagai pengelola. Tim penilai sudah melihat langsung pemanfaatan sarana itu. Hasilnya, KPP Berantas berhasil lolos mewakili Provinsi Jawa Tengah. Menurut Budi Winarno Ketua KPP Berantas, sebelum ada IPAL komunal di Dusun Ketinggen, masyarakat selalu mendapat persoalan terkait kebersihan lingkungan dan sampah yang semakin banyak.
(Achmad Hussain/ CN40/ SM Network)
Sumber : http://global.indocation.com/2015/05/16/ipal-karanglo-masuk-kompetisi-kpp-usri-nasional/
Sabtu, 16 Mei 2015
Warga Dukuh Ketinggen Bisa Nikmati Air Bersih Berkat Adanya IPAL Komunal
Jum'at, 15 Mei 2015 20:08
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Suginamto (69), merasa lebih sehat sejak ada program sanitasi di desanya. Air berwarna keruh sudah dua tahun tak ditemuinya lagi. Hal ini berkat adanya program IPAL Komunal, yang memudahkan masyarakat mengelola dan mengatasi dampak buruk dari limbah rumah tangga.
Mengunjungi Dukuh Ketinggen, Desa Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan nampak deretan rumah yang saling berdekatan. Sumber air berupa sungai, letaknya sangat dekat dengan permukiman, hal ini menjadikan masalah pengelolaan air, terutama di RW 10.
Banyak masalah yang terjadi, diantaranya pencemaran sumber air karena lokasi septitank yang terlalu berdekatan. Hal itu dikatakan oleh Suginamto, warga asli Dukuh Ketinggen itu menyebut, sering menjumpai kualitas air yang buruk.
"Dulu airnya keruh, namun selepas ada program ini, kualitas air berangsur-angsur membaik," tuturnya, kemarin.
Sejak 2013 dibangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dari program Sanimas USRI. Dengan program tersebut pemerintah desa diberikan unit pengolah limbah, tempat mandi cuci dan kakus (MCK).
"Dari situ, saluran pembuangan limbah dari rumah tangga, disalurkan menuju IPAL, dari sana lalu diolah dan bisa disalurkan dengan aman tidak lagi mengandung racun," ujar Kades Karanglo Kabul Subahid.
Ia mengungkapkan, program tersebut sangat membantu warganya, terutama dalam pengelolaan limbah. Dengan adanya program tersebut, maka warganya terbebas dari rasa was-was akan penyakit yang timbul akibat kualitas air yang buruk.
Ketua Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) Berantas Budi Winarno menjelaskan, hampir seluruh kepala keluarga di Dukuh Ketinggen sudah memanfaatkan IPAL tersebut. Dirinya menyebut, sambungan pipa pembuangan dari rumah tangga ke IPAL mencapai 970 meter.
Selain itu, ia juga menyebutkan, bahwa karena prestasi yang ditunjukan, maka Dukuh Ketinggen berhasil mewakili Klaten ke tingkat Nasional.
"Kami menjadi satu dari delapan wakil dari Jawa Tengah yang maju ke tingkat nasional," ujarnya.
Sementara itu Central Project Management Unit (CPMU) Dinas Pekerjaan Umum Udin Khaerudin mengucapkan, ada tiga kriteria penilaian diantaranya kesadaran masyarakat, mampu merawat dan mampu mengolah limbah.
Ia mengatakan, selain Klaten di Jawa Tengah, ada beberapa wilayah yang ikut dalam penilaian lomba tingkat nasional, diantaranya DI Yogyakarta, Jatim, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Adapun puncak dari acara ini dijadwalkan pada pertengahan bulan Mei 2015.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Padhang Pranoto
Sumber :
- http://jogja.tribunnews.com/2015/05/15/warga-dukuh-ketinggen-bisa-nikmati-air-bersih-berkat-adanya-ipal-komunal?page=1
- http://jogja.tribunnews.com/2015/05/15/warga-dukuh-ketinggen-bisa-nikmati-air-bersih-berkat-adanya-ipal-komunal?page=2